Pertengahan Oktober 2019 saya mengikuti medical checkup di RS Ciputra Banjarmasin bersama kantor suami. Medical checkup pasti dilakukan rontgen jadi saya mencoba testpack karena terakhir saya haid Bulan Agustus 2019, Bulan September belum ada haid. Rontgen tidak disarankan dilakukan pada ibu hamil kecuali mendesak. Bangun tidur sebelum sholat subuh saya testpack, masyaallah ternyata garis dua. Saya syok, bingung, dan bahagia sekali akhirnya garis dua yang saya tunggu-tunggu selama ini. Tapi saya takut karena jam 11 siang akan naik pesawat dari Batulicin ke Banjarbaru, saya takut terulang lagi keguguran tahun 2018. Di RS Ciputra Banjarmasin dilakukan medical checkup secara bergantian, saya bilang ke perawat kalau saya baru testpack dan hasilnya positif. Saya disuruh untuk melakukan testpack ulang dan ditunjukkan keesokan harinya. Hasilnya tetap sama dua garis biru yang artinya saya positif hamil. Hari sabtu selesai medical checkup saya dan suami ke dokter kandungan untuk diperiksa. Saya ceritakan riwayat keguguran sebelumnya. Dokter melakukan pemeriksaan menggunakan usg transvagina ternyata ada kantong kehamilan dan diresepkan obat penguat kandungan. Di Batulicin saya ke dokter kandungan lagi untuk pemeriksaan dan menceritakan bahwa akhir Oktober 2019 saya dan suami akan berangkat umroh. Dokter memberi saya obat penguat kandungan dan beberapa vitamin.
Kami berangkat umroh dengan berbekal doa
dan ikhtiar agar kandungan saya selalu sehat. Perjalanan umroh ini sangat
panjang. Keguguran tahun 2018 menimbulkan trauma pada saya. Saya dan suami
sepakat untuk perbanyak istirahat di perjalanan. Perjalanan dimulai dari
Batulicin ke Banjarbaru naik mobil dan menginap satu malam di Banjarbaru. Keesokan
harinya berangkat naik pesawat ke Jakarta dan beristirahat di Hotel Kapsul
Bandara Soekarno Hatta. Sore harinya berangkat naik pesawat ke Dubai untuk transit dilanjutkan ke Madinah. Dari
Madinah ke Mekkah menggunakan bis selama berjam-jam. Sampai di Mekkah persiapan
umroh. Saya menyewa kursi roda yang didorong oleh mahasiswa Indonesia yang
sedang berkuliah disana. Tawaf dan sa’i saya menggunakan kursi roda. Selama
perjalanan umroh saya susah untuk makan karena selalu mual dan sakit selama di
Mekkah. Perjalanan pulang ke Indonesia diawali dari Mekkah menuju Jeddah
kemudian transit Dubai dan tiba di Indonesia.
Sampai di Indonesia kami istirahat di Tangerang beberapa hari. Selanjutnya naik
pesawat menuju Banjarbaru. Sampai di Banjarbaru kami istirahat beberapa hari dan
kembali ke Batulicin menggunakan mobil.
Pertengahan Januari 2020 saya bekerja
seperti biasa menunggu pasien di poli gigi saat itu. Tiba-tiba suami mengirim
pesan di telpon seluler dan saya buka ada foto surat mutasi. Ternyata suami
mutasi ke Balikpapan. Ya Allah rasanya bahagia sekali. Saya langsung cerita ke
perawat gigi saya, kepala TU dan kepala puskesmas. Saya diminta untuk bekerja
sampai akhir Januari 2020 dan membuat surat resign
ke Dinas Kesehatan Tanah Bumbu.
Akhir Januari 2020 saya dan suami berangkat naik mobil ke Tanah Grogot. Kami menginap satu malam. Keesokan harinya kami ke Balikpapan menggunakan mobil dan menyebrang dengan kapal feri dari Penajam.
Di Balikpapan saya fokus mempersiapkan kelahiran anak kami.
Setiap minggu saya mengikuti kegiatan yoga hamil yang dilaksanakan di RS
Pertamina. Rajin kontrol ke dokter kandungan setiap satu bulan sekali. Tapi
awal Maret 2020 virus corona datang ke Indonesia, yoga hamil ditiadakan. Saya
yoga hamil sendiri. Memasuki usia kehamilan 34 minggu saya kontrol ke bidan di
Griya Bunda Sehat, saya disarankan untuk bermain gymball agar kepala bayi masuk ke panggul dan mengurangi berat
badan. Usia kehamilan 36 minggu saya kontrol ke dokter kandungan ternyata berat
janin saya sudah 3,1kg. Saya disarankan untuk mengurangi konsumsi yang
manis-manis tapi susah sekali. Setelah usia kehamilan diatas 36 minggu saya
rutin melakukan yoga hamil, bermain gymball,
squat, powerwalk, pijat perineum, pijat payudara, pijat induksi, makan
nanas, dan lain-lain yang memicu adanya kontraksi tetapi tidak ada kontraksi.
Saya dan suami kontrol ke dokter kandungan saat usia kehamilan 40 minggu atau
saat HPL dan mengeluhkan belum ada kontraksi. HPL atau hari perkiraan lahir
saya tanggal 5 Juni 2020. Dokter kandungan memeriksa air ketuban masih banyak
tapi berat badan janinya sudah besar yaitu 3,75kg. Dokter menyarankan untuk
mengurangi yang manis-manis karena berat badan janin besar dan berat badan saya
naik 26kg dan seminggu lagi akan dilakukan SC. Keluarga saya kontra lahiran secara
SC. Saya dan suami bingung karena apapun cara melahirkannya yang penting semua
sehat apalagi di masa pandemi seperti ini. Akhirnya tanggal 12 Juni 2020 tiba dan saya sudah di tahap
pasrah untuk dilakukan SC. Jam 7 pagi saya merasakan sakit perut, setelah buang
air besar perut masih terasa sakit. Akhirnya saya bilang ke suami untuk ke rumah
sakit lebih cepat (jadwal ke rumah sakit jam 9 pagi untuk persiapan SC). Setelah
mandi dan makan, kami langsung ke UGD RS Permata Hati Balikpapan. Di cek VT ternyata
sudah pembukaan 3-4. Saya dipindahkan ke ruang bersalin. Saya merasa kalau
duduk atau tiduran perut saya semakin sakit sehingga saya bawa jalan keliling
ruangan. Jam 10 pagi perut makin terasa sakit dan makin lama makin sakit
seperti ada yang mau keluar. Saya menyuruh suami mencari bidan ternyata
bidannya sibuk semua mengurus orang yang mau melahirkan di ruangan samping saya.
Jam 11 siang saya di cek VT ternyata sudah pembukaan lengkap. Saya harus menunggu
dokter kandungan karena riwayat berat badan
janin yang besar. Dokter datang saya langsung diminta untuk mengejan saat rasa
kontraksi datang dibantu dengan bidan yang mendorong perut saya. Alhamdulillah
12 Juni 2020 jam 12.24 WITA lahir putri pertama kami dengan berat badan 4kg proses
persalinan normal. Kami memberi nama Maryam yang terinspirasi dari Surah Maryam
di kitab suci kami Al-Quran.
Saya sangat bersyukur sekali Allah
memberikan karunia anak kepada kami di saat yang tepat. Saya sangat berterima
kasih kepada suami saya yaitu Mas Mario yang sudah menemani saya dalam keadaan
apapun.