Selasa, 05 Oktober 2021

Medical Check Up di Lab Pramita Balikpapan 2021

Aku, suamiku, dan adikku medical check up di Lab Pramita Balikpapan

Terakhir aku dan suamiku medical check up di RS Ciputra Banjarmasin tahun 2019, saat itu aku hamil setelah testpack sebelum berangkat MCU (karena MCU ada rontgen dan gak boleh buat ibu hamil), suamiku setiap tahun ada MCU dari kantor tapi karena adanya corona akhirnya ditiadakan.

Tahun 2020 suamiku di mutasi ke Balikpapan, jadi kami MCU di Balikpapan.

Kami mengambil Tipe Silver

Sebelum MCU harus puasa 10 jam dan hanya boleh minum air putih

Tes yang aku jalani: tes mata, ambil darah, urin, rontgen polos (tidak boleh ada kalung, BH, dan baju jadi pake baju khusus rontgen), dikasih makan nasi padang, ECG (diceknya tiduran terus ada alat yang ditempelin di kulit bagian dada), dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum. setelah makan tunggu 2 jam puasa lagi kemudian cek darah lagi.


Ruang pendaftaran dan ruang tunggu untuk antri pemeriksaan fisik


Ruang makan di lantai 2


Alhamdulillah dapat nasi padang dan enak


Ini Rincian pemeriksaan dan harganya



Ini harga yang aku bayar kemarin, dapat diskon karena lab pramita lagi ulang tahun.


Ini beberapa tipe medical check up di Lab Pramita






Harga Medical Check Up di Lab Pramita (Oktober 2021)

Paket Blue : Rp 1.150.000

Paket Silver : Rp 1.830.000

Paket Gold Pria : Rp 5.206.600

Paket Gold Wanita : Rp 5.455.000


PRAMITA Lab

Alamat: Jl. MT Haryono Dalam V No.7, Sungai Nangka, Balikpapan Kota, Kota Balikpapan 76114, Kalimantan Timur

Selasa, 21 September 2021

Masa-masa Hamil Anak Pertama dan Kelahirannya Juni 2020

Pertengahan Oktober 2019 saya mengikuti medical checkup di RS Ciputra Banjarmasin bersama kantor suami. Medical checkup pasti dilakukan rontgen jadi saya mencoba testpack karena terakhir saya haid Bulan Agustus 2019, Bulan September belum ada haid. Rontgen tidak disarankan dilakukan pada ibu hamil kecuali mendesak. Bangun tidur sebelum sholat subuh saya testpack, masyaallah ternyata garis dua. Saya syok, bingung, dan bahagia sekali akhirnya garis dua yang saya tunggu-tunggu selama ini. Tapi saya takut karena jam 11 siang akan naik pesawat dari Batulicin ke Banjarbaru, saya takut terulang lagi keguguran tahun 2018. Di RS Ciputra Banjarmasin dilakukan medical checkup secara bergantian, saya bilang ke perawat kalau saya baru testpack dan hasilnya positif. Saya disuruh untuk melakukan testpack ulang dan ditunjukkan keesokan harinya. Hasilnya tetap sama dua garis biru yang artinya saya positif hamil. Hari sabtu selesai medical checkup saya dan suami ke dokter kandungan untuk diperiksa. Saya ceritakan riwayat keguguran sebelumnya. Dokter melakukan pemeriksaan menggunakan usg transvagina ternyata ada kantong kehamilan dan diresepkan obat penguat kandungan. Di Batulicin saya ke dokter kandungan lagi untuk pemeriksaan dan menceritakan bahwa akhir Oktober 2019 saya dan suami akan berangkat umroh. Dokter memberi saya obat penguat kandungan dan beberapa vitamin.

Kami berangkat umroh dengan berbekal doa dan ikhtiar agar kandungan saya selalu sehat. Perjalanan umroh ini sangat panjang. Keguguran tahun 2018 menimbulkan trauma pada saya. Saya dan suami sepakat untuk perbanyak istirahat di perjalanan. Perjalanan dimulai dari Batulicin ke Banjarbaru naik mobil dan menginap satu malam di Banjarbaru. Keesokan harinya berangkat naik pesawat ke Jakarta dan beristirahat di Hotel Kapsul Bandara Soekarno Hatta. Sore harinya berangkat naik pesawat ke Dubai untuk transit dilanjutkan ke Madinah. Dari Madinah ke Mekkah menggunakan bis selama berjam-jam. Sampai di Mekkah persiapan umroh. Saya menyewa kursi roda yang didorong oleh mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah disana. Tawaf dan sa’i saya menggunakan kursi roda. Selama perjalanan umroh saya susah untuk makan karena selalu mual dan sakit selama di Mekkah. Perjalanan pulang ke Indonesia diawali dari Mekkah menuju Jeddah kemudian transit Dubai dan tiba di Indonesia. Sampai di Indonesia kami istirahat di Tangerang beberapa hari. Selanjutnya naik pesawat menuju Banjarbaru. Sampai di Banjarbaru kami istirahat beberapa hari dan kembali ke Batulicin menggunakan mobil.

Pertengahan Januari 2020 saya bekerja seperti biasa menunggu pasien di poli gigi saat itu. Tiba-tiba suami mengirim pesan di telpon seluler dan saya buka ada foto surat mutasi. Ternyata suami mutasi ke Balikpapan. Ya Allah rasanya bahagia sekali. Saya langsung cerita ke perawat gigi saya, kepala TU dan kepala puskesmas. Saya diminta untuk bekerja sampai akhir Januari 2020 dan membuat surat resign ke Dinas Kesehatan Tanah Bumbu.

Akhir Januari 2020 saya dan suami berangkat naik mobil ke Tanah Grogot. Kami menginap satu malam. Keesokan harinya kami ke Balikpapan menggunakan mobil dan menyebrang dengan kapal feri dari Penajam. 

Di Balikpapan saya fokus mempersiapkan kelahiran anak kami. Setiap minggu saya mengikuti kegiatan yoga hamil yang dilaksanakan di RS Pertamina. Rajin kontrol ke dokter kandungan setiap satu bulan sekali. Tapi awal Maret 2020 virus corona datang ke Indonesia, yoga hamil ditiadakan. Saya yoga hamil sendiri. Memasuki usia kehamilan 34 minggu saya kontrol ke bidan di Griya Bunda Sehat, saya disarankan untuk bermain gymball agar kepala bayi masuk ke panggul dan mengurangi berat badan. Usia kehamilan 36 minggu saya kontrol ke dokter kandungan ternyata berat janin saya sudah 3,1kg. Saya disarankan untuk mengurangi konsumsi yang manis-manis tapi susah sekali. Setelah usia kehamilan diatas 36 minggu saya rutin melakukan yoga hamil, bermain gymball, squat, powerwalk, pijat perineum, pijat payudara, pijat induksi, makan nanas, dan lain-lain yang memicu adanya kontraksi tetapi tidak ada kontraksi. Saya dan suami kontrol ke dokter kandungan saat usia kehamilan 40 minggu atau saat HPL dan mengeluhkan belum ada kontraksi. HPL atau hari perkiraan lahir saya tanggal 5 Juni 2020. Dokter kandungan memeriksa air ketuban masih banyak tapi berat badan janinya sudah besar yaitu 3,75kg. Dokter menyarankan untuk mengurangi yang manis-manis karena berat badan janin besar dan berat badan saya naik 26kg dan seminggu lagi akan dilakukan SC. Keluarga saya kontra lahiran secara SC. Saya dan suami bingung karena apapun cara melahirkannya yang penting semua sehat apalagi di masa pandemi seperti ini. Akhirnya tanggal  12 Juni 2020 tiba dan saya sudah di tahap pasrah untuk dilakukan SC. Jam 7 pagi saya merasakan sakit perut, setelah buang air besar perut masih terasa sakit. Akhirnya saya bilang ke suami untuk ke rumah sakit lebih cepat (jadwal ke rumah sakit jam 9 pagi untuk persiapan SC). Setelah mandi dan makan, kami langsung ke UGD RS Permata Hati Balikpapan. Di cek VT ternyata sudah pembukaan 3-4. Saya dipindahkan ke ruang bersalin. Saya merasa kalau duduk atau tiduran perut saya semakin sakit sehingga saya bawa jalan keliling ruangan. Jam 10 pagi perut makin terasa sakit dan makin lama makin sakit seperti ada yang mau keluar. Saya menyuruh suami mencari bidan ternyata bidannya sibuk semua mengurus orang yang mau melahirkan di ruangan samping saya. Jam 11 siang saya di cek VT ternyata sudah pembukaan lengkap. Saya harus menunggu dokter kandungan  karena riwayat berat badan janin yang besar. Dokter datang saya langsung diminta untuk mengejan saat rasa kontraksi datang dibantu dengan bidan yang mendorong perut saya. Alhamdulillah 12 Juni 2020 jam 12.24 WITA lahir putri pertama kami dengan berat badan 4kg proses persalinan normal. Kami memberi nama Maryam yang terinspirasi dari Surah Maryam di kitab suci kami Al-Quran.

Saya sangat bersyukur sekali Allah memberikan karunia anak kepada kami di saat yang tepat. Saya sangat berterima kasih kepada suami saya yaitu Mas Mario yang sudah menemani saya dalam keadaan apapun.

Perjuangan Pejuang Dua Garis Biru Anak Pertama

Setelah keguguran di akhir Bulan Oktober 2018, saya mulai haid lagi di akhir tahun 2018. Rasanya sakit luar biasa. Beberapa bulan haid saya tidak teratur. Akhirnya saya kembali ke dokter kandungan di Batulicin. Saya mau memperbaiki siklus haid saya yang tidak teratur dan jika sudah teratur saya dan suami ingin mencoba program hamil lagi. Suatu malam saya  menangis sampai mata saya bengkak, saya sedih sekali karena belum hamil, sudah promil tapi keguguran, promil lagi tapi belum hamil-hamil juga. Saya mencoba untuk skip sosial media dan mencari kesibukan salah satunya dengan membaca novel. Novel yang saya baca berjudul “I Am Sarahza” karya Hanum Salsabila Rais. Setelah membaca novel ini dan beberapa cerita pejuang garis dua lainnya saya mulai bangkit dan berusaha lagi untuk memperbanyak berdoa dan ikhtiar. Berdoa di sepertiga malam, berdoa saat sholat, berdoa sebelum buka puasa, berdoa setelah adzan, merutinkan puasa sunnah, dan perbanyak membaca Al-Quran terutama Surah Maryam dan beberapa hadist. Ikhtiarnya dengan cara ke dokter kandungan, mengkonsumsi vitamin, berolahraga, dan selalu berpikir positif bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik.

Juli 2019 saya diterima PTT (Pegawai Tidak Tetap atau honorer) sebagai dokter gigi di puskesmas tepatnya Puskesmas Karang Bintang di Kecamatan Karang Bintang, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Di puskesmas tempat saya bekerja ada yang pernah program hamil di dokter kandungan kami dan berhasil. Dia menceritakan kalau dia dilakukan pemeriksaan HSG. Histerosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan dengan menggunakan sinar Rontgen (sinar-X) untuk melihat kondisi rahim dan daerah di sekitarnya. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada wanita yang memiliki masalah infertilitas atau keguguran yang berulang. Akhirnya saya mencoba ke dokter kandungan dan meminta saran bagaimana jika saya dilakukan pemeriksaan HSG. Dokter menyetujuinya dan diberi surat rujukan untuk dilakukan pemeriksaan HSG di RSUD dr. H. Andi Abdurraham Noor Tanah Bumbu. Pemeriksaan HSG hanya ada di RSUD saja. Saya dan suami naik motor dari rumah kontrakan ke rumah sakit, perjalanan sekitar 30 menit. Sampai di rumah sakit saya harus menunggu beberapa jam karena dokter spesialis radiologi yang bertugas sedang melakukan tindakan di RS Marina (rumah sakit swasta di Batulicin). Dokter spesialis radiologi di Batulicin hanya satu saat itu. Setelah dilakukan pemeriksaan HSG rasanya sakit sekali, badan lemas sekali dan hampir pingsan. Saya istirahat dulu di pelataran rumah sakit. Kami pulang naik motor dan singgah di warung bakso untuk makan. Keesokan harinya kami ke dokter kandungan, alhamdulillah hasil pemeriksaan HSG saya normal. Saya meminta dokter untuk menunda promil saya karena  Bulan Oktober 2019 saya dan suami akan berangkat umroh.

Pertengahan Oktober 2019 saya mengikuti medical checkup di RS Ciputra Banjarmasin bersama kantor suami. Medical checkup pasti dilakukan rontgen jadi saya mencoba testpack karena terakhir saya haid Bulan Agustus 2019, Bulan September belum ada haid. Rontgen tidak disarankan dilakukan pada ibu hamil kecuali mendesak. Bangun tidur sebelum sholat subuh saya testpack, masyaallah ternyata garis dua. Saya syok, bingung, dan bahagia sekali akhirnya garis dua yang saya tunggu-tunggu selama ini. Tapi saya takut karena jam 11 siang akan naik pesawat dari Batulicin ke Banjarbaru, saya takut terulang lagi keguguran tahun 2018. Di RS Ciputra Banjarmasin dilakukan medical checkup secara bergantian, saya bilang ke perawat kalau saya baru testpack dan hasilnya positif. Saya disuruh untuk melakukan testpack ulang dan ditunjukkan keesokan harinya. Hasilnya tetap sama dua garis biru yang artinya saya positif hamil. Hari sabtu selesai medical checkup saya dan suami ke dokter kandungan untuk diperiksa. Saya ceritakan riwayat keguguran sebelumnya. Dokter melakukan pemeriksaan menggunakan usg transvagina ternyata ada kantong kehamilan dan diresepkan obat penguat kandungan. Di Batulicin saya ke dokter kandungan lagi untuk pemeriksaan dan menceritakan bahwa akhir Oktober 2019 saya dan suami akan berangkat umroh. Dokter memberi saya obat penguat kandungan dan beberapa vitamin.